Selasa, 30 Juni 2015

Agen Aspal Drum Pertamina

Kami telah berpengalaman dalam menyediakan aspal original dari pertamina.pada prinsipnya mutu adalah yang kami utamakan, sehingga pelaksanaan dilapangan senantiasa kami tugaskan staf yang berpengalaman, penggunaan peralatan yang cukup memadai, pengiriman aspal sesuai yang dipersyaratkan (baik kualitas maupun kuantitasnya).   
 


Kamis, 11 Juni 2015

Aspal Buton, Kekayaan Indonesia Yang Terabaikan

Oleh :
Sudirman Duhari
Aspal Buton di Sulawesi Tenggara (Sultra) sebenarnya merupakan kekayaan alam Indonesia yang potensinya terbesar di dunia. Jumlah deposit mencapai 677 juta ton. Kadar aspal yang terkandung didalamnya terbilang sangat besar, jika dibandingkan dengan kadar aspal alam negara lain. Kadar aspal Buton bervariasi antara 15-40 persen. Dibandingkan kadar aspal alam negara- negara lain seperti yang terdapat di Amerika hanya 12–15 persen,  Perancis 6–10 persen.
Meski potensinya  terbanyak  di dunia dan kadar yang terkandung dalam aspal Buton sangat tinggi dibanding aspal alam negara lain, namun kekayaan alam Indonesia yang satu ini bisa dibilang masih terabaikan.  Indonesia lebih senang menggunakan aspal minyak impor untuk memenuhi kebutuhan aspal dalam negeri, termasuk juga di daerah penghasil aspal Buton, Sulawesi Tenggara.
Alhasil, di daerah penghasil aspal di Buton, Sulawesi Tenggara pun masih banyak ditemukan jalan rusak bahkan jalan tanah. Dari 7.263 panjang jalan di Sultra, sekitar 50 persen dilaporkan dalam kondisi rusak sampai rusak berat. Sementara ribuan kilo meter belum tersentuh aspal. Kalaupun diaspal, asal kendaraan roda dua dan roda empat hanya bisa lewat saat  musim panas. Tapi di musim hujan, jalan mulai berlubang, bergelombang, becek mirip kubangan kerbau. Ibu-ibu hamil yang naik kendaraan bisa-bisa keguguran kandungan karena goncangan hebat dari kendaraan yang jalannya terseok-seok dan terbanting-banting.
Guncangannya lebih keras dan lebih menyakitkan dari pada guncangan ombak laut.  Jalan jalan rusak masih banyak ditemukan baik di jalan yang berstatus jalan negara, jalan provinsi, jalan Kabupaten, apalagi jalan usaha tani. Dibeberapa tempat animo masyarakat untuk bertani melemah karena tingginya biaya pengangkutan produksi pertanian.
Akibatnya, lalu lintas barang, jasa dan orang didaerah yang memiliki kekayaan berupa aspal itu menjadi terhambat. Perekonomian daerah sulit berkembang. Tak heran jika jauh tertinggal bila dibandingkan dengan daerah Jawa yang umumnya, jalan sudah mulus dengan aspal hotmix dari aspal minyak impor. Biaya angkut dan transpor di Jawa jauh lebih murah dibanding di luar jawa. Harga barangpun lebih tinggi. Makanya makin ke kawasan Timur Indonesia makin menampakkan sosok kemiskinan akibat tingginya biaya dan mahalnya harga barang. Sebuah gambaran masih adanya kesenjangan atau ketimpangan antar wilayah di Indonesia.
Penggunaan aspal minyak impor ini sangat menguras devisa negara akibat minimnya penggunaan aspal Buton. Pemanfatan aspal Buton membangun jalan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1970 pada ruas jalan Cimahi – Padalarang sepanjang 3 km, dan penelitian penggunaan Aspal Buton untuk ruas jalan Jakarta – Cirebon sepanjang 240 km. Kemudian tahun 1980–an Bina Marga memamfaatkan Aspal Buton dengan membuat berbagai type konstruksi.
Produksi Aspal Buton pernah mencapai keemasannya pada tahun 1980 hingga tahun 1984, dimana jumlah produksi mencapai 300 ribu ton per tahun, dengan nilai jual Rp 4 miliar per tahun. Pada tahun 1984 Pemerintah Pusat dengan berbagai pertimbangan pengelolaan aspal Buton diserahkan kepada PT.Sarana Karya (Persero) berdasarkan PP No.3 Tahun 1984. Pengelolaan Aspal Buton yang dilakukan PT.Sarana Karya tahun 1984 -1997 dengan capaian produksi aspal 110 ribu ton per tahun.
Pada tahun 1997/1998 PT.Sarana Karya hampir pailit dalam kondisi Indonesia saat itu mengalami krisis moneter, bahkan pada tahun 1999/2000 direncanakan untuk diakuisisi.
Seiring dengan pembangunan pabrik aspal minyak oleh Pertamina di Indonesia dengan alasan aspal minyak  memiliki kualitas lebih baik dan metode pengolahan yang mudah dan standar. Sejak beberapa tahun lalu, sekitar 97 persen pembangunan jaringan jalan di seluruh Indonesia  sangat tergantung pada penggunaan aspal minyak , dengan total kebutuhan rata-rata nasional sekitar 1,2–2 juta ton per tahunnya. Kondisi ini sangat berpengaruh pada pemamfatan aspal Buton yang semakin menurun. Saat ini utilitas (kebutuhan) Aspal Buton hanya sekira 3 persen dari kebutuhan aspal nasional.
Namun dengan terus meningkatnya kebutuhan aspal minyak nasional untuk pembangunan jaringan jalan di Indonesia, ternyata belum bisa dipenuhi dengan aspal minyak produksi Pertamina. Produktifitas aspal dari perusahaan milik negara ini, hanya sekira 500.000 ton per tahunnya atau hanya sekitar 50 persen dari kebutuhan dalam negeri, sehingga untuk mencukupi kebutuhan harus dengan cara impor dari berbagai negara dalam bentuk aspal curah maupun aspal drum.
Buhardiman, ST, MS dalam tulisannya di Kendari Pos edisi tanggal 10 Agustus 2009 lalu menghitung jika Indonesia mengimpor aspal minyak sebanyak 60.000 ton/tahun dengan asumsi harga Rp 7.000/kg, maka berarti sekitar Rp 8,4 trilun per tahun anggaran negara hanya untuk belanja aspal. Tentu ini berpotensi terjadinya pengurangan devisa negara yang cukup besar.
Seiring dengan makin melonjaknya harga aspal minyak sejak tahun 2002, maka sudah saatnya Indonesia beralih menggunakan kekayaan  alamnya sendiri yakni  aspal Buton. Memang benar masih ada kelemahan aspal Buton, namun dari berbagai seminar, penelitian, uji coba dan telah dilakukan modifikasi dan perbaikan produk serta  didukung pula dengan perkembangan dan kemajuan tehnologi. Kini aspal Buton menunjukkan banyak   keunggulan.
Hasil pengujian Balitbang Departemen PU, misalnya, didapat campuran beraspal yang ditambah aspal Buton menghasilkan campuran beraspal yang bermutu baik dengan kecenderungan:stabilitas marshal campuran beraspal yang lebih tinggi, stabilitas dinamis campuran beraspal yang lebih tinggi, meningkatkan umur konstruksi (hasil uji fatigue),  lebih tahan terhadap perubahan temperatur, serta nilai modulus yang meningkat
Kecenderungan tersebut terjadi karena aspal Buton mengandung bahan aromatik dan resin yang tinggi sehingga di dalam campuran aspal Buton mempunyai  daya lekat yang lebih tinggi (antistripping), kelenturan yang tinggi (fatigue life tinggi). Dengan demikian aspal Buton cocok digunakan untuk lokasi temperatur tinggi (tropis) dan cocok pula untuk digunakan hevy loaded highway . Tentu saja dalam penggunaan aspal Buton harus ditunjang pengendalian mutu, karena dalam banyak kasus, pelaksana lapangan kurang memahami pengaruh penggunaan aspal buton dalam campuran beraspal.
Keunggulan lainnya, aspal Buton harganya lebih murah dan kompetitif. Sesuai penjelasan KSO Timah-Saka dalam suatu seminat di Kendari tahun 2009 lalu, perhitungan perbandingan harga satuan  per ton material campuran di AMP(hotmix aspal minyak VS hotmix asbuton Lawele terdapat penghematan harga sebesar 21 persen. Perhitungan lebih ekonomis pula  dapat terliat antara perbandingan  per ton mix (hot mix aspal minyak VS eady mix asbuton Lawele) terdapat penghematan 38,37 persen.
Kemajuan teknologi cukup mendukung untuk penggunaan aspal Buton, baik pemenuhankebutuhan aspal dalam negeri bahkan bukan tidak mungkin bisa mensuplai  kebutuhan aspal dunia khususnya negara-negara berkembang atau daerah-daerah dengan kepadatan lalu lintas harian rata (LHR) yang masih rendah.
Akan tetapi seperti diungkapkan oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, “Kalau tak ada komitmen dan kebijakan khusus dari pemerintah pusat, maka sebanyak apapun kajian, penelitian, seminar dan uji coba yang dilakukan,hanya akan menghasilkan kertas dokumen yang mungkin hanya bisa bertumpuk tinggi sampai dilangit, namun tak bermamfaat bagi penggunaan aspal buton, maupun untuk kemajuan dan kesejahteraan rakyat Indonesia”” kata Nur Alam dalam suatu kesempatan seminar.
Jika seandainya pemerintahan Jokowi-JK memiliki komitmen dan kebijakan pengembangan dan penggunaan aspal Buton secara nasional, maka sudah bisa dipastikan akan membuka lapangan kerja sekaligus  akan sangat mendukung kebijakan pembangunan tol Laut. Lalu lintas  kapal barang yang menghubungkan kawasan barat dan kawasan timur Indonesia tak lagi mengeluhkan muatan balik, karena bisa mengangkut aspal untuk kebutuhan dalam negeri bahkan kebutuhan, negara-negara lain. Dengan demikian akan meningkatkan pendapatan, kesejahteraan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah bahkan  pertumbuhan ekonomi Indonesia.Semoga
*Penulis adalah Ketua  Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Tenggara
– See more at: http://kendarinews.com/content/view/16064/459/#sthash.J3rgImUK.dpuf
sumber : http://kendarinews.com/content/view/16064/459/